Kamis, 27 Oktober 2016

Tugas Jurnalistik "Tajuk Rencana"

Kampanye Politik, Pencitraan Calon Kepala Daerahkah?


Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak gelombang kedua pada 15 Februari 2017. Pilkada diikuti 101 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Beberapa di tingkat, provinsi, kabupaten maupun kota.
Sudah menjadi tradisi, sebelum hari pemilihan atau pencobosan berlangsung, bagi daerah yang sedang dalam kegiatan akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada), selalu ada kampanye politik dari masing-masing calon pasangan kepala daerah. 

Begitu pula dengan ibukota Indonesia, Jakarta yang akan mengadakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk masa periode kepemimpinan 2017 - 2022. Sebelum ditetapkannya ditetapkan nomor urut para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta 2 hari yang lalu oleh KPU DKI Jakarta, tiga calon pasangan Cagub dan Cawagub Jakarata sudah melakukan kampanye dini, seperti saat rombongan Anies Baswedan - Sandiaga Uno yang terlihat di luar kantor KPU DKI Jakarta di Salemba Raya, Senen, Jakarta Pusat, saat rombongan Anies Baswedan-Sandiaga Uno hendak mendaftar, Jumat (23/9). Adapula kampanye dini yang dilakukan oleh pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) - Sylviana Murni adalah dengan memanfaatkan media sosial.
Namun, kampanye dini yang dilakukan oleh para pasangan Cagub-Cawagub Jakarta ini, masih belum jelas. Belum adanya visi dan misi yang disampaikan para pasangan ini tentu saja masih terasa "mengambang" ketika mereka berkampanye.

Suasana hasil penetapan nomor urut pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakpus, Selasa (25/10/2016). Foto/SINDOnews/Yorri Farli


Kampanye para tiga pasangan calon akan mulai dilakukan esok, Jum'at 28 Oktober 2016, setelah ditetapkan nomor urut calon pasangan masing-masing oleh KPU DKI Jakarta pada 25 Oktober 2016 di di JIExpo Kemayoran, Jakpus.
Sudah tentu, saat kampanye berlangsung, beberapa acara yang digelar akan terasa seperti pesta rakyat. Para calon pasangan akan menyampaikan visi-misi mereka, berusaha untuk meyakinkan warga Jakarta untuk memilih mereka nantinya.
Warga Jakarta yang menyambut hal ini, akan sangat antusias untuk akhirnya menentukan calon pasangan siapa yang akan mereka pilih.

Ada baiknya, warga Jakarta harus lebih teliti untuk memilih, siapa yang akan mereka pilih nantinya. Tidak sedikit, calon pasangan yang sudah terpilih menjadi kepala daerah tertentu, malah mengkhianatai kepercayaan yang diberikan padanya. Ada beberapa kasus yang kita sudah tahu, seperti kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa pemimpin daerah di daerah tertentu.

Melihat hal seperti ini, sebagai calon pemilih pun, kita juga harus bersikap hati-hati. Tidak bisa hanya kita suka dengan calon pasangan tanpa melihat kejelasan visi dan misi mereka, kita langsung memilihnya. Apalagi bila sebagai warga Jakarta memilih untuk tidak memilih atau golput (golongan putih).

Sering kita dengar, terutama di berita yang membahas mengenai "pencitraan" yang bisa saja dilakukan oleh paras calon pasangan pemimpin daerah. Para calon pasangan sudah pasti akan bersifat seramah mungkin pada warga yang mengikuti acara kampanye, dan berjanji akan mellallukan hal-hal yang bisa membawa perubahan yang baik pada daerah itu. Segala cara kampanye akan mereka lakukan, kampanye secara langsung di lapangan, penyebaran logo serta bannner ataupun spanduk yang berisikan dukungan untuk calon pasangan tertentu, dan sebagainya. Tak jarang kata "pencitraan" pun bisa sangat pas untuk mereka jika  itu (kampanye) hanya dilakukan untuk menarik calon pemilih, tanpa begitu bertekad untuk melaksanakan visi yang telah mereka sampaikan.

Satu hal yang selalu menjadi pertanyaan bagi para calon pemilih adalah, calon pasangan manakah yang akan mereka pilih untuk dapat dipercaya nantinya?

Ada yang mungkin lebih memilih, untuk memilih calon pasangan yang bentuk kerja nyatanya sudah terlihat dan dirasakan oleh warga Jakarta, tentu kita tahu siapa calon pasangan ini. Hal ini sangat wajar karena warga Jakarta telah melihat beberapa kebijakan yang membuat Jakarta menjadi lebih baik. Selain itu karena ketegasan dan transpari yang dilakukan oleh calon pasangan ini sangat disukai oleh masyarakat. Sosok seorang pemimpin yang mereka dambakan mungkin.
Namun ada pula yang mungkin memilih untuk memilih calon pasangan yang lain, yang riwayat kepemimpinannya bisa dilihat pada bidang lain, seperti di bidang pertahanan. Ketegasan dari calon yang telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dan sifat kepemimpinan yang dimiliki, bisa menjadi daya tarik untuk memilihnya.

Sekali lagi, disamping semua kelebihan yang dimiliki oleh para calon pasangan tersebut, sebagai pemilih, kita harus lebih menaruh perj\hatian pada hal ini. Sebelum itu, tentu kita harus mengikurti perkembangan berita yang ada, khususnya mengenai kampanye yang dilakukan oleh para calon pasangan gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Lalu, kita pun bisa menilai, apakah apa yang disampaikan oleh para calon pasangan dapat meyakinkan kita untuk memilihnya. Tentu saja kita tidak dapat memastikan dengan pasti apakah mereka (pasangan yang telah terpilih) dapt melaksanakan visi atau janji-janji yang mereka sampaikan pada saat mereka berkampanye. Namun dengan memilih calon pasangan siapa yang kita akan percaya, merupakan bukti kepedulian warga pada daerahnya.

Pemilihan kepala daerah akan dilakukan serentak pada awal tahun depan (2017) sebagai warga Indonesia dan warga daerah yangsedang mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) sudah menjadi hal yang wajib bagi kita untuk mendukung hal ini, dengan memilih calon pasangan kepala daerah yang dapat dipercaya untuk memikul amanah dari rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar