Rabu, 11 Oktober 2017

Tugas Pembelajar Bahasa Inggris Berbantuan Komputer




Artikel Asli

 Tedak Siten 
 
Apa sih tedak siten itu? Ritual adat injak tanah untuk bayi usia tujuh bulan. Penasaran mengenai prosesi dan penjabarannya, simak saja ulasan lengkapnya berikut ini

Tedak siten merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. ‘Tedak’ berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar si kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Tradisi ini dijalankan saat si kecil berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi.

Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat si kecil mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah dalam istilah jawa disebut tedak siten. Selain itu juga diiringi oleh doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak si kecil bisa sukses dalam menjalani kehidupannya.

Prosesi tedak siten dimulai di pagi hari dengan serangkaian makanan tradisional untuk selamatan. Makanan tradisional tersebut berupa ‘jadah’/’tetel’ tujuh warna. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa muda dan ditumbuk hingga bercampur menjadi satu dan bisa diiris. Beras ketan tersebut diberi pewarna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga dan ungu. Jadah ini menjadi simbol kehidupan bagi si kecil, sedangkan warna-warni yang diaplikasikan menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui si bayi kelak. Penyusunan jadah ini dimulai dari warna hitam hingga ke putih, sebagai simbol bahwa masalah yang berat nantinya ada jalan keluar / titik terang.

Makanan tradisional lainnya yang disediakan untuk acara tedak siten ini berupa tumpeng dan perlengkapannya serta ayam utuh. Tumpeng sebagai simbol permohanan orang tua agar si bayi kelak menjadi anak yang berguna, sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang, sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah sebagai simbol kesuburan, sedangkan ayam adalah simbol kemandirian.

Setelah acara selamatan dengan mengumpulkan para undangan telah dibagikan, rangkaian acara tedak siten dilanjutkan dengan prosesi menapakkan kaki si kecil diatas jadah 7 warna. Selanjutnya adalah prosesi naik tangga. Tangga tradisional yang dibuat dari tebu jenis ‘arjuna’ dengan dihiasi kertas warna-warni ini melambangkan harapan agar si bayi memiliki sifat kesatria si Arjuna (tokoh pewayangan yang dikenal bertanggungjawab dan tangguh). Dalam bahasa Jawa ‘tebu’ merupakan kependekan dari ‘antebing kalbu’ yang bermakna kemantapan hati.



Artikel Terjemahan Google Translate

Tidak Siten


What is siten tedak? The customary ritual of treading the ground for babies seven months old. Curious about the procession and description, just check out the following reviews

Tedak siten is a cultural heritage of Javanese ancestors for babies aged about seven or eight months. Tedak siten is also known as a ground-breaking ceremony. 'Tedak' means down and 'siten' comes from the word 'siti' which means land. Tedak siten ceremony is performed as a series of events aimed at the baby grows into an independent child.

This tradition is run when the child is counted the seventh month of his birthday in the Javanese market. Also note that the one month count in the Java market amounts to 36 days. So the seventh month of Java calendar for the birth of the baby is equivalent to 8 months of the Christian calendar.

For the ancestors, this cultural custom is performed as a tribute to the earth where the child began to learn to set foot on the ground in Javanese term called tedak siten. Also accompanied by the prayers of parents and elders as hope that one day the little can be successful in living his life.

The process of tedak siten begins in the morning with a series of traditional foods for salvation. The traditional food is 'jadah' / 'tetel' seven colors. This food is made from glutinous rice mixed with grated young coconut and pounded until mixed together and can be sliced. The glutinous rice is colored red, white, black, yellow, blue, orange and purple. Jadah is a symbol of life for the little one, while the colors that apply depicts the way of life that must pass the baby later. The preparation of this jadah starts from black to white, as a symbol that the problem is heavy later there is a way out / bright spot.

Other traditional food provided for tedak siten is a tumpeng and its equipment and whole chicken. Tumpeng as a symbol of parenting for the baby to be a useful child, long bean vegetables as a symbol of longevity, vegetable kangkung as a symbol of prosperity, sprouts as a symbol of fertility, while the chicken is a symbol of independence.

After the show of salvation by collecting the invitees have been distributed, the series of tedak siten event continued with the procession of walking the child's feet above the jadah 7 colors. Next is a procession up the stairs. The traditional staircase made of 'arjuna' type sugar cane with colorful paper emblazoned the hope that the baby has the knights of the Arjuna (a puppet character known to be responsible and tough). In the Javanese language 'sugarcane' is short for 'antebing kalbu' meaning steadiness of heart.



The Analysis



From the articles above (real article and google translation’s machine) there are four words that did not translated by google translate, there are :

  • Tedak siten : 'Tedak siten' is javanese culture heritage, to bless the baby in certain age by doing several traditional activities. It is only exist in the land of Java, especially east java and central java. This is why in writer opinion google translate did not translate the words ‘tedak siten’
  • Jadah/Tetel : 'Jadah/Tetel' is traditional food in Java, it is especially made for the special events in Java, like wedding ceremony, reciting Al-Qur’an event, and many more. This is why, the words jadah/tetel are not translated by google translate.
  • Tumpeng : Tumpeng is not translated by google translate. In writer analysis, it is becuse tumpeng is a special food in Indonesia that is not exist in any other country. Tumpeng is always served with so many side dishes like boiled vegetables mix with grated coconut, fried chicken and many more.
  • Antebing kalbu : 'Antebing kalbu' is a javanese phrase that means the same exact as in the google translate, which is 'steadiness of heart'. This phrase is only exist in java region, especially east java and central java. That maybe also the reason why google translate did not translate this phrase.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar